Selasa, 11 Juni 2013

Karam (puisi)


KARAM
By : Silvia Handika Anggraeni

Sunyiku datang menerjang karam
Terdampar di tepian
Menggulung ombak menghempas badan
Buta di kegelapan

                Bulanpun datang hanyalah bayang
                Kelabu sukma menarik angan
                Lumpuh harapan sepi menerkam
                Hati kecilpun ikut terbiaskan

Nahkoda berlayar enggan tersesat
Kabut menghadang menutup hasrat
Mungkin berlayar engganlah pulang
Mungkin berlayar mencari nikmat

Selasa, 13 November 2012

CAHAYA

Cahaya itu datang dengan penuh kesederhanaan,
menyibak lambaian angin-angin yang datang,
mengisi kedinginan dan kegelapan.

Perlahan kusentuh cahaya kecil itu,
begitu menenangkan dan meluluhkan.

Detik demi detik cahaya itu mulai menghembus,
mengisi setiap sudut di dalam hati,
tersenyum menghangatkan,
membuat jiwa ini selalu memanggil.

Namun, ketika malam, cahaya itu pergi,
menyisakan kedinginan.
Ia pergi dengan sang bintang,
lalu menaburkan hujan asam.

Cahayaku, mungkinkah kau menjadikan aku bintangmu ?
ahh, lupakan saja.

BY Silvia Handika Anggraeni
CURAHAN KECILKU

Hembusan angin tak mampu mengusir sepiku,
Buaian rumput jua tak mampu menidurkanku,
Kesendirian yang semu membuatku merindu,
Yang tak termimpi menjadi sesuatu.


Aku menyadari,
Rangkaian peristiwa yang menepi,
Menyentuh sanubari hati,
Dan meninggalkan jejak yang berseri.

Hanya waktu yang mengerti,
Mengapa ramai siang membuatku gelisah,
Mengapa hening malam membuatku galau.
Ini hanyalah sekedar curahan pena,
Menuangkan hati lewat tinta,
Tapi ini adalah nyata,
Setiap saat memang selalu bermakna.
Senang riang galau dan sedih,
Hanyalah perputaran kejadian belaka,
Semua tergantung pilihan kita,
Ikhtiar atau takdir.


Aku memilih berpikir dan berusaha,
Aku memilih menulis dan berbicara,
Aku memilih diam dan bergerak,
Aku memilih hening dan bersukacita,
Aku memilih bahwa aku harus memilih.
Inilah curahanku
Dalam belajarku menulis kata